Asep Lukman Pakar Konsultan dan Pembicara Digital Marketing

Bagaimana Belajar menghadapi dunia nyata

Bagaimana belajar menghadapi dunia nyata selepas dari dunia perkuliahan

0

Asep  Lukman – Saat masa-masa sekolah harus mempersiapkan para siswa untuk bagaimana belajar menghadapi dunia nyata, dapat menghadapi tantangan-tantangan yang pasti akan mereka dapatkan ketika keluar dari sekolah.

Seperti yang dikatakan Nummela Caine dan Geoffrey Caine dalam bukunya yang berjudul “making connection teaching and the human brain,” salah satu fungsi sekolah seharusnya mempersiapkan para siswa menghadapi dunia nyata.

Mereka harus memiliki kepekaan terhadap apa yang diharapkan atas mereka, bagaimana mereka akan ditantang, dan apa yang mampu mereka lakukan, serta peran apa yang akan mereka lakukan ketika berada di dunia nyata atau ketika mereka berada di tengah-tengah masyarakat.

Asumsinya, kurang lebih, adalah bahwa sekolah, seperti yang diketahui bersama memenuhi tujuan-tujuan itu. Tapi kenyataannya tidak. Bahkan, sebaliknya, sekolah justru memperkuat ilusi dan mengaburkan tantangan-tantangan nyata, dalam kehidupan bermasyarakat.

Di Inggris, penulis Tony Buzan, yang telah mengumpulkan dengan suatu standar demikian banyak kualifikasi akademik dengan rasa heran menengok ke belakang pada apa yang gagal dicapainya selama bersekolah.

“Di sekolah saya menghabiskan ribuan jam untuk belajar matematika, ribuan jam belajar bahasa dan sastra, ribuan jam belajar IPA, geografi dan sejarah” katanya. ” kemudian saya bertanya kepada diri saya sendiri, berapa jam yang saya gunakan untuk belajar bagaimana memori saya berfungsi?

Berapa jam yang saya gunakan untuk belajar bagaimana belajar? Berapa jam yang saya gunakan untuk belajar bagaimana otak saya bekerja? Berapa jam yang digunakan untuk mempelajari sifat dasar pemikiran saya, dan bagaimana ia mempengaruhi tubuh saya?

Jawabannya: Tidak ada sama sekali

“Dengan perkataan lain, saya sesungguhnya tidak pernah diajar bagaimana menggunakan kepala saya,” kata buzan yang bukunya berjudul use your head, terjual satu juta kopi lebih.

Salah satu solusi, menurut banyak pendidik, adalah memberikan tekanan yang baru pada magang, yang, seperti kata Howard Gardner, “Menawarkan kepada perancang Utopia pendidikan kita suatu pilihan yang baru dan menarik”.

Gardner dan para visioner pendidikan lainnya seperti John Abbot menguraikan berbagai manfaatnya: Menciptakan para pemuda untuk megang bekerja bersama-sama dengan para profesional yang handal, membangun ikatan-ikatan Personal dan juga perasaan siap maju tatkala mereka bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan.

Belajar Menghadapi Dunia Nyata, Belajar Tentang Dunia Kerja, Hidup Dalam dunia realita

 

Pengalaman itu adalah proses bertahap mencapai hasil akhir yang diharapkan. Kaum muda mengalami proses tangan pertama langkah demi langkah yang mengantarkan kepada hasil akhir. Ini sangat memotivasi mereka terlibat dalam gejolak dunia usaha.

Para pemegang kebijakan perusahaan mengalami sendiri saat-saat ketika abad abad kegelapan, tentang bagaimana cara terbaik untuk menjalankan usaha dapat dijelaskan para mentor saat dibutuhkan. Para mentor membantu memecahkan kesulitan itu pada saat yang tepat dalam realitas bukan dalam teoritas.

Sistem magang bagi para siswa sungguh-sungguh dan tumbuh subur di Jerman. Setengah juta perusahaan di Jerman menyediakan kesempatan belajar dengan bekerja bagi lebih dari 750.000 siswa. Hal ini berlaku bagi warga Jerman asli atapun pendatang yang sedang belajar di Negara Jerman.

90% dari seluruh pemegang kemudian ditawari pekerjaan di perusahaan-perusahaan tempat mereka magang, jika Jerman dapat melakukannya mengapa di Indonesia kita tidak bisa melakukannya.

Mungkin hal ini sudah dilakukan oleh para siswa yang bersekolah di SMK atau jaman dahulu STM, namun pada waktu itu, yang penulis alami adalah hanya sekedar menjalankan proses belajar saja dan tidak tahu atau tidak di arahkan untuk apa magang dan kenapa magang, yang ada di pikiran kita saat itu adalah bagaimana mengisi laporan setiap hari, bukan mengisi otak setiap hari tentang proses kemajuan dan kemunduran suatu dunia usaha.

Di tulis ulang dari buku “Accelerated Learning for the 21 ST century”, karya Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl

Leave A Reply

Your email address will not be published.