Asep Lukman Seorang Digital Marketing Strategic, Konsultan Pendidikan, Pembicara Motivasi, Konten Kreator, Penulis, Pelaku Bisnis Digital di Cianjur

Sejarah Tradisi Kuda Kosong di Kabupaten Cianjur

0

Misteri Kisah Kuda Kosong Cianjur

Tradisi Kuda Kosong sangat erat kaitannya dengan sejarah berdirinya kota Cianjur. Saat itu ketika hampir seluruh pulau jawa dikuasai oleh Mataram, wilayah Cianjur adalah satu2nya tanah Sunda yang tidak dijajah atau tidak masuk kekuasaan kerajaan Mataram, hal ini karena keberhasilan diplomasi pemimpin Cianjur.

Ketika itu raja Mataram, Pangeran Adipati Anom / Amangkurat II (1677-1703) memanggil bupati Cianjur ke-2 Raden Wiramanggala / Wiratanu II (1691-1707) untuk diminta menyerahkan upeti, sebagai wilayah baru di tanah Sunda.

Adalah Raden Natadimanggala / Aria Kidul beliau adik dari bupati yang cakap dan mampu berbahasa Jawa diutus untuk menemui sang raja. Bupati tidak menyerahkan upeti justru ia hanya memberikan:

1. Surat Kalih (surat ini berisi sebuah diplomasi yang bermakna mengalah untuk menang tanpa harus berperang)

2. 3 butir padi (simbol dari hasil bumi utama Cianjur)

3. 3 butir lada (simbol dari wilayah Cianjur yang masih kecil)

4. 3 butir cabe (simbol dari keberanian rakyat Cianjur)

Setelah Natadimanggala memberikan persembahannya, sang raja mengerti akan maknanya rupanya sang bupati berhasil membuat sang raja menjadi simpati.

Raja Amangkurat pun memberikan sesembahan balik untuk bupati Wiramanggala yang diberikan kepada utusannya, adalah:

1. Keris yang dipakai saat itu oleh raja (apabila keris yang sedang dipakai dilepas dan diberikan, hal itu bermakna sang raja menganggap saudara kepada pihak penerima keris).

2. Pohon Saparantu (pohon langka dan bisa tumbuh hingga ratusan tahun. Pohon ini kemudian ditanam di wilayah Cibalagung, sampai hari ini pohonnya masih hidup) Pohon ini simbol dari kota Cianjur yang harus tumbuh kembang tanpa henti.

3. Kuda untuk sang bupati dari sang raja. Kuda memiliki simbol kecepatan dalam membangun sebuah wilayah, harapan untuk kota Cianjur.

Sejarah Kuda Kosong Di Kabupaten Cianjur

Sejarah Kuda Kosong Di Cianjur Yang Jadi Icon Kabupaten Cianjur

Natadimanggala kemudian pulang menuju Cianjur beserta para pengawalnya. Karena keluhuran budi pekerti dan hormat luhur seorang adik kepada kakaknya (filosofi masyarakat Cianjur “tumut ka saluhureun” “someah hade ka semah”), kuda tersebut tidak ia tunggangi. Sesampainya di Cianjur, sebagai rasa suka cita iring-iringan rombongan mengarak kuda keliling kota, kosong tanpa ada penunggangnya. Hingga dikemudian hari peristiwa tersebut dikenal dengan sebutan “Kuda Kosong”

Masyarakat Cianjur sangat bangga memiliki tradisi ini yang melambangkan kemenangan dalam berdiplomasi.

Urban legend atau mitos masyarakat Cianjur yang berkembang hingga hari ini adalah justru kuda tersebut ditunggangi oleh sosok yang kasat mata (eyang leluhur), keyakinan inilah yang mendasari mengapa disebut “Kuda Kosong”. Hal ini harus diluruskan agar akidah terjaga karena masyarakat telah paham akan sejarah yang sebenarnya.

Tradisi ini hanya dipertontonkan kepada masyarakat pada saat memperingati hari jadi Cianjur atau hari kemerdekaan Indonesia. Sebagai rasa hormat pada setiap helarannya “Kuda Kosong” selalu menempati urutan pertama diiringi oleh ratusan peserta karnaval lainnya dibelakang.

-Bumi Ageung Cikidang Cianjur-

Sumber : Fajar Rach di Group WA Cianjur

Leave A Reply

Your email address will not be published.