Asep Lukman Seorang Digital Marketing Strategic, Konsultan Pendidikan, Pembicara Motivasi, Konten Kreator, Penulis, Pelaku Bisnis Digital di Cianjur

Kisah Sedih Di Sebuah Pengadilan Agama

0

Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar Padamu. ( yahya bin muadz)

Hari agak berkabut waktu itu. Meski jam telah menunjukkan pukul jam 09.00, suasana masih terasa sangat pagi. Perempatan jalan raya yang cukup besar pun masih terlihat Lenggang. Sekitar 100 meter dari perempatan jalan tersebut berdiri Kantor Pengadilan Agama.

Pengadilan Agama

Tidak seperti di sekitar jalanan yang jarang kelihatan orang berlalu-lalang. Di luar dugaan, di halaman dan di dalam kantor pengadilan agama tersebut begitu banyak orang. Kursi yang disediakan untuk menunggu, baik di ruang depan maupun di ruang tunggu tak mampu menampung orang yang hadir, sebagian terpaksa berdiri. Kebanyakan duduk terdiam, sebagian lagi bercakap-cakap atau mungkin temannya.

Kepulan Asap rokok menggulung memenuhi sudut ruangan pengadilan agama, begitu banyak orang yang datang, tua muda, kaya miskin, semua datang dan berkumpul demi untuk satu tujuan yang sama yaitu: ” perceraian”. Terlihat seorang ibu muda yang sedang menggendong baynya yang lucu sangat terlihat gelisah akan diceraikan suaminya yang sudah memberikan anak yang dinantikan setelah sekian tahun melalui biduk rumah tangga. Sedangkan di sudut yang lain seorang kakek dengan rambut hampir memutih semuanya pun, konon katanya sedang memproses perceraian dengan istrinya.

Lalu terdengar sebuah panggilan, menghentikan semua orang yang sedang berbicara dengan temannya ataupun sedang asik dengan lamunannya. ” ir  Arman dan Dra Rosita, dipersilahkan memasuki ruangan sidang 3″, demikian salah satu panggilan dari pengeras suara. Sungguh tragis ternyata perceraian pun tak mengenal Latar belakang pendidikan. Di Keempat ruang sidang pengadilan agama yang tersedia Hampir tak henti-hentinya memproses perceraian pasangan demi pasangan. Di salah satu papan pengumuman, terlihat grafik kasus demi kasus perceraian yang terus menunjukan peningkatan. Diantara sekian alasan perceraian itu adalah, “karena adanya Orang Ketiga” terlihat menduduki rangking tertinggi, jauh melampaui alasan-alasan lainnya, semisal sakit atau masalah ekonomi. Salah Seorang petugas mengeluhkan dengan begitu banyaknya berkas perceraian yang masuk dan harus segera diproses, beliau mengatakan, “tahun sebelumnya rata-rata 180 kasus per bulan, tahun ini belum Minggu ke-4 ada 200 berkas yang masuk”.

Ada kalimat yang begitu mengentak hati sanubari kita ketika mendengar, ” ini bukan aib, tapi upaya pembebasan ” demikian kata-kata sanggahan seorang artis muda yang sedang tenar saat ini dan  dijadikan headline sebuah tabloid wanita ternama di negeri ini mengenai badai perceraiannya. Sepertinya Kasus perceraian pun selalu menjadi serbuan dan sasaran empuk media massa untuk menggorengnya, khususnya acara-acara infotainment yang saat ini jumlahnya lebih dari 200 episode perminggu.

Bayangkan, ketika seorang artis dilanda isu cerai, maka dalam seminggu ke 200 episode ini akan mengulas kasus tersebut terus menerus. Tak heran jika perceraian pun kemudian terasa menjadi sesuatu yang amat lumrah dan dijadikan solusi instan bagi para pasangan yang sedang menghadapi konflik rumah tangga.

Perceraian kini bukan lagi hal yang ngetren di kalangan selebritis. Perceraian tak lagi menjadi pintu darurat, keberadaan anak tak lagi mampu menjadi pengikat dalam mengarungi Biduk rumah tangga. Padahal, fakta menunjukkan bahwa perceraian sangat potensial membuat anak mengalami broken home, lalu terjerumus minuman keras dan narkoba.

Nun Jauh di sana dari ruang sidang Kantor Pengadilan Agama, ternyata masih banyak orang yang belum mendapatkan pasangan hidup, mereka berdoa dengan sungguh-sungguh dengan bercucuran airmata memohon kepada Allah untuk didekatkan pintu jodohnya. Namun Ironisnya sebagian orang ternyata justru malah sedang menyia-nyiakan pasangan hidup yang diberikan oleh Allah. Mungkin mereka lupa, dahulu kala mereka pernah begitu mendambakannya dan pernah dengan sangat khusuk berdoa memintanya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

google-site-verification: google675f5cb52330fd6c.html